Thursday, October 31, 2013

The Power of Giving

Memberi takkan membuat kita kehilangan
Memberi bisa jadi jembatan
Memperpendek jarak antara kita dg mereka yg membutuhkan

Memberi takkan membuat kita merugi
Memberi justru membawa banyak keberuntungan
Mengalun dalam doa2 kecil mereka

Baarakallah

Resah

Setelah bertahun2 yg lalu, kembali diperhadapkan dg persimpangan
Jalan manakah yg harus dipilih?
Memilih ataukah dipilih?
Memilih berarti memutuskan mengambil apa yg disukai.
Dipilih berarti menerima apa yg diberikan dan belajar menyukainyah.

Sy sekali lagi setuju bahwa waktu bisa mengikis banyak hal..
Mendadak kehilangan keberanian..

Sudahlah, terima apa sj yg ada..
Mimpi mungkin bisa direvisi, rasa ini yg sulit..
Tetapi waktu akan mengajari ttg kebesaran hati atas penerimaan
Cinta akan tumbuh kembali suatu saat nanti..
Mungkin dia hanya sedang beristirahat di sudut yg gelap sehingga aku tak bisa menjangkaunya..

Wednesday, October 30, 2013

Diam

Kadang, sudah dekat sekali terucapkan dalam kata
Tinggal gerakan bibir dan lepaskan kalimatnya
Hanya saja, sepersekian detik kemudian niat ini kuurungkan

Biar saja, biar tetap didalam sini kalimat2nya menggema
Biar saja, biar menari-nari dalam rongga dada
Biar saja, biar mengendap

Tidak perlu kau tahu, karena takkan ada bedanya
Kau asik sendiri dlm duniamu, tak terengkuh bak dunia maya
Tidak sekalipun, bahka satu langkahpun kau menunjukkan arah mendekat

Mari kita diam, menikmati detik demi detik terlewat
Karena bisa jadi esok atau beberapa detik kemudian
Tuhan memutarbalikkan hati kita

Tuesday, October 29, 2013

Dia

Dan waktu akan menggiringmu dalam pemahaman yg mendalam. Membuatmu mengerti dalam berbagai sudut pandang. Bahwa hidup ini adalah urutan proses, mengenali, menganalisa, menyimpulkan  dan mengambil kebijakan atas segala kejadian.

Bahwa perjalanan inilah yg mempertemukanmu dg takdir yg diaturNya terjadi. Setelah episode demi episode hidup yg terlewati. Dan pada akhirnya membuktikan bahwa seseorang yg mencintaimu adalah dia.

Dia yg karenamu Tuham menciptakannya di atas bumi, agar kalian kelak bertemu di akhir masa pencarian.
Dia yg merengkuh jemarimu erat, mengandengmu mengusuri setapak menuju kasihNya.
Dia yg tak pernah menahanmu untuk maju, dg setia berjalan mengiring langkahmu.
Dia yg selalu siap menopangmu saat langkahmu mulai tertatih, tidak lantas meninggalkanmu terjatuh dalam ketakberdayaan.
Dia yg tidak pernah lelah meski mood mu tidak stabil, meski kamu mendadak diam setelah beberapa menit tertawa riang.
Dia yg tak pernah melepasmu meski kau selalu ingin pergi meninggalkannya dalam rasa kehilangan.
Dia yg acuh tetapi menjadi begitu khawatir ketika engkau sakit di tempat asing seorang diri.
Dia yg selalu sabar menanti waktu untuk berjumpa, meski engkau bahkan ingin berhenti menjumpainya.
Dia yg enggan menjanjikan mimpi karena takut engkau kecewa jika mimpi itu tidak nyata tepat waktu.
Dia yg tidak hanya melempar senyum menarik hatimu tetapi menarikmu untuk memiliki senyum itu sepanjang hidupmu.
Dia yg menyerahkan hatinya untuk melengkapimu, menenangkanmu
Dia yg menerimamu yg kompleks -masa lalu, kini dan nanti-
Dia yg tak menuntutmu sempurna tetapi menyempurnakanmu dg hadirnya.
Dia yg ingin setiap pagimu dihiasi senyum bahagia, segelas teh melati hangat dan tatapan binar penuh kasih.
Dialah belahan jiwamu.

Monday, October 28, 2013

Mari Makan ∩__∩

Seperti biasanya, aku mencari meja nomor 9 | sayangnya lg dipake orang..

Pesanannya jarang berubah: semangkuk sup ayam jamur tanpa MSG dan sosis, segelas es lemon tea dan setengah porsi nasi.. Jugah tdk idak ada bedanya dengan sebelumnya, masih ditemani dengan bangku kosong di depanku.

Bisa dibilang aku tipe yg itu2 sajah, jarang mngganti menu, tempat makan yg sama, menu yg sama. Lagi.. lagi.. dan lagi..

Masing2 tempat makan yg kusuka menunya beda. Di dekat kntor sy suka warung yg di pojok, sup ayam nya enak, nasinya lembek dan bumbu masakannya tidak berlebihan. Di rumah makan ini menu fav ada di atas. Ada lagi dekat mol, sy suka mie ayamnya | pesan satu porsi dg mie setengah dan sayur yg banyak. Sm mba nya selalu dintanya "tapi bayar satu porsi kan mba?" Drpd dibuang mending sy kirangi kan? Tidak masalah jika mesti bayar satu porsi, drpada dibuang.

Yg susah hanya mood makanku yg tdk selalu sama. Tidak stabil, makin buruk dg kesadaranku bahwa itu masalahnya. Jd membentuk opini ttg diri sendiri. Tp tak mengapa, inilah aku..

Tidak lebih dan tidak kurang.

Projustitia

Kantor Kejaksaa Tinggi Prov. Gorontalo
28 Oktober 2013, 09:00AM

Detik proses dimulai
Berpacu dalam deru sang waktu
Nasib seseorang akan diputus, menunggu

Bersalah atau tidak, biar jaksa yg menilai
Keputusan sang hakim dalam satu ketuk palu
Tugasku selsai..

Rumah Jiwa

Gorontalo, 27 Oktober 2013, 07:02PM

Suatu saat Tuhan akan menyempurnakannya
Bagiku.. Bagimu.. Bagi mereka.. Bagi kita semua
Menjadikannya utuh, bahkan jika itu harus tumbuh diantara carut marut bekas luka

Aku.. Kamu.. Mereka.. Kita semua
Hilir mudik diantara ruang dan waktu
Mencari jalan untuk menemukan rumah
Tempat terbaik yang menjanjikan rasa aman
Tempat dimana langkah terayun pulang
Tempat dimana kita kelak menutup mata dalam damai, tanpa penyesalan
Tempat dimana cinta tak bersyarat
Tempat yang selalu dirindukan
Di sisi sang belahan jiwa

Kita

Gorontalo, 27 Oktober 2013, 08:03PM

Merancang masa depan dengan sebentuk pena
Aku butuh kamu untuk mewarnainya
Mengurai sejarah dalam lembar demi lembar
Agar hidup tak kelabu dalam rasa hambar

Saat kita berdiri dalam sisi-sisi terjauh
Hanya ada hitam dan putih

Lihatlah!
Saat engkau berdiri di sisiku
Warna tak lagi kelabu
Lihatlah!
Kita bisa mengukir pelangi
Dalam lembar warna-warni

Flash Back

Gorontalo, October 25, 2013, 10:18PM

> SD dulu itu jalan kaki dr rumah ke sekolah atau kadang diantar bapak kl lagi manja. Uang saku Rp100-500, jaman itu bisa beli permen 8 biji atau semangkuk sup ubi, jaman mau lulus ada mie sakura (suka memakannya tanpa diseduh). Jaman ini sy tdk bnyak teman, kl diingat2 sy dulu lebih senang sendiri, berdiam d dpn kelas. Bukan anak yg ceria pokoknya.

> Masuk SMP rasanya senang sekali, bertemu bnyak teman baru dan yg pasti masuk di sekolah tempat ibuku dl mengajar. Bisa dibilang sy dibesarkan di sekolah ini -selain di sel samping ruang kerja bapak, tempatku sering tidur wktu kecil kl lelah bermain dg anak polisi lainnya-. Oia, ibuku seorang guru dan ayahku polisi pangkat kecil krn dia tak mau sekolah, tak mau menjilat atasan demi posisi pokoknya sy bangga jd anak polisi sprti bapak. Sejak mulai dinas bapak tdk pernah pindah kantor, alasannya tdk mau sekolah krn tdk mau meninggalkan ibunya. Sampai pensiun bertugas d kntor yg sama. Lucu sekali bukan, mengingat anak perempuannya -satu2nya- malah pergi jauh meninggalkan ibunya. Tamat SMP sy daftar SMU Taruna -jaman masih kelaki-lakian- untungnya tdk lulus, bisa dibayangkan bgmn jika sy lulus smu taruna lanjut akpol bisa jd sy bagian dari mereka yg saat ini mulai pudar penghargaan masyarakat akan hadirnya.

> Masih terobsesi pengen sekolah di SMU tempat kedua kk ku sekolah -dr SD smp SMU oleh guru selalu dibandingkan dg kk sendiri yg beda 6 tingkat- tp sy merasa tertantang, meski nyatanya tdk pernah bisa mengalahkan otak encernya. hehehehe Ada bnyak cerita di SMU ini, sy lalu berubah dr penggila pelajaran matematika menjadi penikmat sastra. Senang sekali dg Khalil Gibran, sajaknya menghuggah hatiku. Sampe disini sy masih kurang bs akrab dg org. Sahabatku terbatas dr SD, SMP dan SMU hampir semua masih teman yg sama -sampai sekarang juga masih dg sahabat yg sama hanya saja kami kini terpisah diantara ruang dan waktu-.

> Kuliah S1, sebenarnya pengen masuk sastra Jepang. Jaman itu terobsesi krn suka nnton film Jepang. Tp nasib berkata lain, guru Kimiaku memilihkan Farmasi dan sy lulus. Ternyata kuliah farmasi membuat ibuku banting tulang, emasnya habis. Pinjam sana-i saat sy mendadak minta uang, kuliah farmasi butuh banyak uang tak terduga -beli buku, alat lab, sampel, pelarut, pkl, buku referensi, lks dll- pegawai kecil sprti ibu bapakku uangnya tdk seberapa. Makin dekat tugas akhir makin banyak butuh uang. Semester 5 mulai part time bantuin dosen di apoteknya. Gaji awalku Rp.150rb/bln jaman itu lumayan meringankan beban ibuku (kangen bu Latifah, semoga Allah selalu merahmatinya dg kebahagian dan memudah rezekinya). Akhirnya selesai S1 dg perjuangan berat ibuku. Ayahku bahkan pernah berkata: gajiku tdk seberapa dibanding ibumu nak, jika cuman andalkan gaji bapak pasti kamu sdh lama tdk sekolah nak. Dua kk lainnya juga kuliah,  alhamdulillah ibu memperjuangkan pendidikan kami. Katanya, ibu tak punya tanah luas atau harta melimpah yg bs diwariskan. Ibu hanya bs berusaha menyekolahkan kalian semua sampai selesai, hanya itu warisan ibu buat kalian. Sy masih kerja di apotek sampai satu semester sebelum selesai kuliah profesi. Berhenti karena lulus kerja di bank -ajaib kan anak farmasi lulus di BSM mgkn tmn2 disna sdh lupa pernah ada sy 3 bulan kerja dg mereka-. Sy sakit, ritme kerjanya tdk cocok dg maag akutku -penyakitku krn mood makan yg tdk stabil dr kecil-. Mgkin juga warning agar segera menyelesaikan kuliah profesi, sayang kl ditinggal krn satu semester lg selesai.

> Setahun sebelum lulus di tempat kerja skr sy juga lulus tes tulis di instansi yg sama, tp dg ijazah S1 krn kul profesinya blum kelar. Sy memilih kerja di bank, tdk ikut tes wawancara krn ibu tdk setuju sy pergi jauh, jaman itu pilihannya Batam dan Bandung. Mgkin mmg jodoh dg instansi ini, setahun kemudian lulus dg ijazah profesi dan ditempatkan di Gorontalo. Ujung2nya mmg mesti merantau -Allah mengabulkan satu permintaan sy waktu kecil setiap sy marah dg ibu, sy pengen pergi jauh d tempat yg tak seorangpun mengenalku, Allah menjawab itu bertahun2 kemudian- pelajaran yg kudapat adl jangan pernah membenci ibumu seberapapun beda pola pikirmu. Dg berada jauh Allah mengajarku untuk menyadari kesalahan pola pikir ini.

> Sekarang saatnya memberi sebanyak mungkin waktu luang yg kupunya untuk ibu -meski itu tak pernah cukup mengganti semua pengorbanannya- ibuku bahkan asing dg dunianya sekarang, disorientasi waktu dan lokasi. Karena stroke yg dideritanya 3tahun lalu, dia kehilangan sebagian besar memorinya. Butuh 3 tahun untuk akhirnya dia mengenaliku sedikit sbg anaknya -bukan lagi sebagai ponakan, sepupu atau kadang org asing baginya-. Aku takkan pernah cukup mengganti semua peluhnya, semua tetes air matanya. Hanya berharap bisa lebih lama memelihara ibu di usia senjanya. Berharap bisa memeluknya setiap waktu, membuatnya mengerti betapa aku menyesal dl selalu membuatnya menangis, membuat garis kerutnya bertambah di setiap ulahku yg menusuk duka di hatinya. Berharap bisa lebih lama memberinya perhatian, cinta, pengabdian yg dulu tidak bisa kuakui meski itu nyata memenuhi hatiku.